Gamelan Gong Gede Di Desa Adat Tejakula: Kajian Bentuk, Estetika, Fungsi, dan Makna
Main Article Content
Abstract
Gamelan Bali merupakan warisan budaya oleh para pendahulu dan sampai sekarang masih ditekuni serta dipertahankan. Gamelan Gong Gede merupakan salah satu wujud kesenian Bali hingga sekarang masih mencerminkan seni yang adiluhung, sehingga dipertahankan keberadaannya. Keberadaan barungan gamelan Gong Gede zaman dahulu memiliki ukiran sederhana, sedangkan pada saat ini memiliki bentuk ukiran yang kompleks, baik dari segi warna dan motif ukiran. Salah satu bentuk barungan gamelan Gong Gede berada di Desa Adat Tejakula, Buleleng, Bali. Tujuan penelitian ini mengacu kepada fenomena umum berkenaan dengan keberadaan gamelan Gong Gede di Desa Adat Tejakula. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Ada tiga pokok permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini meliputi: (1) Bagaimana bentuk gamelan Gong Gede di Desa Adat Tejakula; (2) Bagaimana estetika gamelan Gong Gede di Desa Adat Tejakula; (3) Bagaimana fungsi dan makna gamelan Gong Gede di Desa Adat Tejakula?. Permasalahan tersebut dianalisis dengan teori struktural-fungsional, teori estetika, teori fungsi musik, dan teori semiotika. Jenis data penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder yang diperoleh melalui teknik observasi, teknik wawancara mendalam, studi kepustakaan, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) Bentuk barungan gamelan Gong Gede mempunyai orkestra atau insrumen yang paling banyak serta instrumentasinya besar-besar, dan merupakan musik tradisi Bali yang memakai laras pelog lima nada atau juga disebut dengan pelog panca nada. Secara musikalitas gamelan gong gede terwujud dari warna suara yang beragam, secara fisik dapat didominasi oleh instrumen yang berbilah dan instrumen bermoncol.; (2) Estetika gamelan Gong Gede bisa dilihat dari segi wujud, bobot, dan penampilan. Wujud gamelan Gong Gede merupakan sebuah barungan orkestrasi yang didominasi dengan instrument pukul. Bobot gamelan Gong Gede bisa dilihat dari dari segi susana, gagasan, dan pesan dari lagu. Penampilan Gong Gede dilihat terdapat sikap dari masing-masing penabuh, kostum sebagai pendukung keseragaman penabuh, dan tata letak per-instrumen.;(3) Dilihat dari segi fungsinya dan makna gamelan Gong Gede di Desa Adat Tejakula, memang sengaja dibuat dengan fungsi sebagai persembahan menunjang sarana upacara, khususnya upacara Dewa Yadnya. Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa gamelan Gong Gede di Desa Adat Tejakula, sarat dengan makna-makna yang bermanfaat bagi yang dapat ditangkap baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung makna itu dapat ditangkap melalui fenomena, sedangkan secara tidak langsung dapat ditangkap melalui renungan yang mendalam. Makna yang dimaksud meliputi makna filosofis dengan nilai-nilai yang terdapat didalamnya seperti makna religius, makna pengayom spiritual, dan makna pelestarian budaya.
Article Details
References
Aryasa, I WM. Pengetahuan Karawitan Bali. Denpasar: Proyek Sasana Budaya Bali. 1980.
Aryasa, I WM. Perkembangan Seni Karawitan Bali. Denpasar: Proyek Sasana Budaya Bali. 1976/1977.
Astita, I Nyoman. “Gamelan Gong Gede Analisis Bentuk, Dalam Mudra Jurnal Seni Budayaâ€. Denpasar: Sekolah Tinggi Seni Indonesia. 1993.
Asnawa, I Ketut Gede. 2007. Khebinekaan dan Kompleksitas Gamelan Bali. Dalam Bheri Jurnal Ilmiah Musik Nusantara Volume. 6 No. 1 September 2007. Denpasar: Jurusan Karawitan Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar.
Bandem, I Made. PRAKEMPA, Sebuah Lontar Gamelan Bali. Denpasar: Akademi Seni Tari Indonesia. 1986.
Bandem, I Made. Gamelan Bali di Atas Panggung Sejarah. Denpasar: BP Stikom Bali. 2013.
Chris Barker. Cultural Studies Teori dan Praktik. Yogyakarta: Kreasi Wacana Yogyakarta. 2004.
Djelantik, A.A. I Made. Pengantar Dasar Estetika. Jilid II. Denpasar: STSI. 1992.
Djelantik, A.A. I Made. Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. 1999.
Djelantik, A.A. I Made. Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. 2004.
Donder, I Ketut. Esensi Bunyi Gamelan Dalam Prosesi Ritual Hindu, Perspektif Filosofis-Teologis, Psikologis, Sosiologis, dan Sains. Surabaya : Paramita Surabaya. 2005.
Koentjaraningrat. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia. 1977.
Koentjaraningrat. Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press). 1987.
Koentjaraningrat. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 1994.
Rembang, I Nyoman. Hasil Pendokumentasian Notasi Gending-Gending Lelambatan Klasik Pegongan Daerah Bali. Denpasar: Proyek Pengembangan Kesenian Bali. 1985.
Merriam, Alan P. The Anthropology Of Music, Northwestern: University Press. 1964.
Mustika, Pande Gede. Identifikasi Barungan Gamelan Gong Gede (Laporan Penelitian). Proyek STSI Denpasar. Dep Nomor: 088/XXIII/04/1999. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kabudayaan. 1999.
Mustika, Pande Gede. Studi Tabuh-Tabuh Lelambatan Klasik Pada Gamelan Gong Kebyar Di Desa Tejakula Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng. Denpasar: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Seni dan Kebudyaan. 1991.
Mustika, Pande Gede. Tesis, Pertunjukan Gamelan Gong Gede Di Pura Ulun Danu Batur Desa Batur : Sebuah Kajian Budaya. Denpasar: Institut Seni Indonesia. 2006.
Nasution S. Metode Research (Penelitian Ilmiah), Jakarta: Bumi Aksara. 1993.
Nazir, Moh. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. 1988.
Peursen, C.A.Van. Orientasi di Alam Filsafat. Jakarta: Gramedia. 1980.
Piaget, Jean. Strukturalisme. Diindonesiakan oleh Hermoyo dari Le Structuralisme. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 1995.
Sukerta, Pande Made. Ensiklopedi Mini Karawitan Bali. Surakarta: Masyarakat Musikologi Indonesia (MMI). 1989.
Sukerta, Pande Made. Gending-gending Gong Gede Desa Tejakula, Kabupaten Buleleng. Surakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinnggi Departemen Pendidikan Seni dan Kebudyaan. 1990.
Sukerta, Pande Made. Gending-gending Gong Gede (Sebuah Analisa Bentuk). Surakarta: Departemen Pendidikan Seni dan Kebudyaan. 1996.
Sukerta, Pande Made. Tetabuhan Bali I. Surakarta: ISI Press Solo. 2010.
Sukerta, Pande Made. Canang Sari “Kumpulan Malakah 1977-2013â€. Surakarta: ISI Press. 2013.
Soedarsono. Metodologi Seni Pertunjukan dan Seni Rupa. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. 1999.
The Liang Gie. Filsafat Seni Sebuah Pengantar. Yogyakarta: PUBIB. 1996.
The Liang Gie. Filsafat Keindahan. Yogyakarta: PUBIB. 1996.
Triguna, Ida Bagus Gde Yudha. Estetika Hindu Dan Pembangunan Bali. Denpasar: PT. MABHAKTI. 2003.
Tim penyusun IHDN Denpasar. Purana Pura Khayangan Tiga Desa Adat Tejakula. Denpasar: IHDN PRESS. 2020.
Yudarta, I Gede. Tabuh Lelambatan Pagongan Gaya Badung Kontinuitas dan Perubahannya. Denpasar: Sekolah Tinggi Seni Indonesia Denpasar. 2007.
Zamzamah, Sarjinah. Semiotika Dalam Berkala. Yogyakarta: Tonil Volume 1, Nomor 1, Yogyakarta. 2000.