Gamelan Gambang Kwanji Sempidi Kajian Sejarah, Musikalitas dan Fungsi
Main Article Content
Abstract
Gamelan Gambang adalah salah satu gamelan Bali yang tergolong langka. Gamelan Gambang Kwanji Sempidi merupakan salah satu jenis gamelan klasik di Kabupaten Badung yang memakai laras pelog tujuh nada dengan instrumentasi dan musikalitas yang khas serta fungsi yang menarik. Gamelan Gambang ini berbeda dengan Gambang-Gambang lainnya yang ada di Badung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan sejarah, musikalitas, dan fungsi gamelan Gambang Kwanji Sempidi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini mempergunakan jenis metode penelitian deskriptif kualitatif dan pengumpulan data dengan metode observasi, wawancara, discografi, dokumentasi. Teori yang digunakan adalah teori difusi, etnomusikologi, kognitif, dan teori relegi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka diketahui bahwa Gamelan Gambang termuat dalam berbagai karya sastra, dimulai sejak abad IX-XIV dengan diketemukannya relief Gambang pada Candi Penataran, relief Candi Borobudur abad IX (tahun 824 masehi), zaman kerajaan Bali Kuno (Abad XIV-XIX), Raja Gelgel (abad XIV-XIX) dan cerita raja-raja yang memerintah di Bali seperti Dalem Waturenggong (1460-1550 M). Gamelan Gambang yang ada di Desa Adat Kwanji, merupakan warisan leluhur yang keberadaannya diakui dan diayomi oleh Desa Adat Kwanji dengan nama sekaa Gambang “â€Candra Metuâ€. Gambang Kwanji Sempidi adalah Gambang Kuno, warisan leluhur yang diterima oleh keturunan Kak Sri (1880), diwarisi kepada keturunannya, kerabatnya, hingga masyarakat yang menekuninya. Musikalitas gamelan Gambang Kwanji Sempidi dilihat dari instrumentasi yang terdiri dari dua tungguh instrumen gangsa Gambang dan empat tungguh instrumen Gambang. Tujuh nada pokok dalam Gambang terdiri nada adalah o I O A e u a (dong Ding Dong Dang deng dung dang). Dalam instrumen Gambang terdapat dua instrumen Gambang yang memiliki susunan nada yang sama yakni Gambang pengenter dan pemetit. Jarak nada tiap instrumennya diatur dengan mempertimbangkan aspek harmoni Kord, Kwint, dan Oktaf nada. Pola ritme sangat jelas terdengar dan terlihat pada teknik pukulan nyading dari pola ritme 2/4 menuju ke pola ritme ¾. Instrumen penyelat mempunyai tugas sebagai pengatur dinamika lagu yang dimainkan. Istilah modulasi disebut dengan istilah sengkeran, yang ada pada gending Labdha dan Manukaba. Teknik yang dijumpai pada Gambang Kwanji Sempidi seperti kekenyongan, tutul/ nultul, nyelangkit, dan nyelag. Gending-gending Gambang yang dimainkan pada saat ngaben memberikan pengaruh psikologis. Fungsi Gambang pada upacara ngaben di Desa Kwanji Sempidi adalah sebagai kesenian wali. Guna menjaga eksistensinya, gamelan Gambang Kwanji kerap kali digunakan sebagai musik prosesi pada upacara ngaben khususnya saat memandikan jenazah. Gamelan Gambang ditabuh sebagai pengantar roh orang yang meninggal menuju sunia loka.