Inovasi Kerajinan Gerabah I Wayan Kuturan Di Desa Pejaten Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan Provinsi Bali
Main Article Content
Abstract
Inovasi gerabah Pejaten dikembangkan pertama kali oleh I Wayan Kuturan pada tahun 1960-an. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kerajinan gerabah hasil inovasi I Wayan Kuturan ditinjau dari segi bentuk, fungsi dan estetika. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif, teknik pengumpulan yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis dilakukan secara deskriftif kualitatif. Teori yang digunakan untuk membedah permasalahan ini adalah Teori Bentuk menggunakan teori Wong dan Sanyoto mengenai bentuk matra, Ratna mengenai wujud konkret, Sanyoto mengenai wujud kenyataan dan wujud batas/dimensi, Teori Fungsional mengunakan teori Enmud Burke Feldman mengenai fungsi seni dan Soegondho mengenai fungsi gerabah, serta Teori Estetika Parker dan teori Beardsley. Hasil penelitian menunjukkan Gerabah Kuturan dari segi bentuk merupakan gerabah yang diwujudkan untuk menghindari kemonotonan, dengan cara menerapkan macam-macam tema pada produknya. Penerapan unsur rupa seperti garis lengkung dan lurus dapat dilihat pada bentuk maupun dekorasi produk patung, celengan, relief terakota dan lampu taman, bentuk/shapeyang diterapkan berupa bentuk bulat pada bentuk dasar patung taman, celengan dan lampu taman (burung hantu), serta bentuk persegi pada relief terakota dan lampu taman yang meniru bentuk bagian atas sebuah pura atau pelinggih, warna dan bidang atau ruang yang disusun berdasarkan asas desain, yakni kesatuan (unity), keseimbangan (balance), kesederhanaan (simplicity), aksentuasi (emphasis) dan proporsi. Produk inovasi I Wayan Kuturan sebagian besar memiliki fungsi sebagai benda pakai dan benda hias, fungsi ini berbeda dengan fungsi gerabah Desa Pejaten sebelumnya, yaitu sebagai perlengkapan upacara serta peralatan dapur. Produk gerabah Kuturan yang berfungsi sebagai benda pakai adalah celengan, sedangkan gerabah yang berfungsi sebagai benda hias adalah patung taman, lampu taman, dan relief terakota. Gerabah I Wayan Kuturan ditinjau dari teori estetika Parker maupun Beardsley adalah produk yang memiliki nilai estetis.Â
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.
The Authors submitting a manuscript do so on the understanding that if accepted for publication, copyright of the article shall be assigned to Atavisme and Balai Bahasa Jawa Timur. Copyright encompasses rights to reproduce and deliver the article in all form and media, including reprints, photographs, microfilms, and any other similar reproductions, as well as translations.
Atavisme and the Editors make every effort to ensure that no wrong or misleading data, opinions or statements be published in the journal. In any way, the contents of the articles and advertisements published in Atavisme are the sole and exclusive responsibility of their respective authors and advertisers.
The Copyright Transfer Form can be downloaded here: [Copyright Transfer Form]
References
Dharsono. 2004. Seni Rupa Modern. Bandung: Rekayasa Sains Bandung.
. 2007. Estetika. Bandung: Rekayasa Sains Bandung.
Djarwanto, Djamarah. 1984. Pokok-Pokok Metode Riset. Penulisan Skripsi. Yogyakarta : Liberty.
Djelantik, A.A.. 1999. Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan.
Gie, The Liang. 1983. Garis Besar Estetik (Filsafat Keindahan). Yogyakarta : Penerbit Supersukses.
Mudra, I Wayan. 2018. Reproduksi Gerabah Serang Banten di Bali. Yogyakarta : Penerbit Deepublish.
Pemayun, Tjokorda Udiana Nindhia. 2012. Pengaruh Konsep Dan Teori Pada Setiap Elemen Penelitian. Denpasar, ISI Denpasar.
Profil Desa Pejaten. 2015. Profil Desa dan Kelurahan : Tingkat Desa dan Kelurahan. Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat Desa. Departemen Dalam Negeri.
Ratna, I Nyoman Kutha. 2010. Metodologi Penelitian, Kajian Budaya Dan Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Riduwan. 2004. Metode & Teknik Menyusun Tesis. Bandung: CV Alfabeta
Sanyoto, Sadjiman Ebdi. 2005. Dasar- Dasar Tata Rupa dan Desain (Nirmana). Yogyakarta : Jalasutra.
. 2010. Elemen-Elemen Seni dan Desain (Nirmana). Yogyakarta : Jalasutra.
Soegondho, Santoso.1995. Tradisi Gerabah di Indonesia dari Masa Prasejarah Hingga Masa Kini. Jakarta: Himpunan Gerabah Indonesia.
Toekio, M.Soegeng. 1987. Mengenal Ragam Hias Indonesia, Bandung:Angkasa.
Wong, Wucius. 1997. Beberapa Asas Merancang Trimatra. Bandung: Penerbit ITB.
Sumber Internet
Bali Traditional Pottery As a Cultural Heritage on the Global Competition Era. Mudra, I Wayan. 2018. Cultura International Journal of Philosophy of Culture and Axiology Volume 15, Issue 1, 2018. diunduh 26 Agustus 2018. https://www.pdcnet.org/cultura/content/cultura_2018_0015_0001_0049_0063.
Desa Kapal, sebagai Sentra Pemasaran Produk Gerabah di Bali. Mudra, I Wayan. 2011. ISI Denpasar. 17 Mei 2018. https://www.isi-dps.ac.id/berita/desa-kapal-sebagai-sentra-pemasaran-produk-gerabah-di-bali
Leadership As A Determinant Of Innovative Behavior. De Jong dan Hartog, D. D. 2003. A Conseptual Framework. 11 Januari 2018. https://eim.net./pdf-ez/H200303.pdf.
Perkembangan Kerajinan Keramik Tradisional Di Desa Binoh. Jayanti, Ni Putu. 2011. ISI Denpasar. 17 Mei 2018 https://repo.isi.dps.ac.id/958/1/ PERKEMBANGAN_KERAJINA_KERAMIK_TRADISIONAL_DESA_BINOH.pdf
Studi Eksistensi Gerabah Tradisional Sebagai Warisan Budaya Bali. Mudra. I Wayan. 2010. ISI Denpasar. 11 Januari 2018 https://www.isi-dps.ac.id/berita/studieksistensi- gerabah-tradisional-sebagai-warisan-budaya-di-bali-2.html