Mrĕdangga: Sebuah Penelusuran Awal Tentang Gamelan Perang Di Bali
Main Article Content
Abstract
Artikel ini berisi penelusuran awal tentang gamelan perang di Bali yang berasal dari luar Bali. Gamelan perang adalah gamelan yang dipergunakan dalam peperangan dan berfungsi sebagai gamelan untuk memberikan semangat dalam peperangan. Artikel ini bertujuan untuk membahas sebaran kata mredangga dalam berbagai naskah kuno yang berbentuk kakawin dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh para peneliti terdahulu. Naskah-naskah kuno sebagai salah satu sumber sastra sejarah, banyak menyimpan peristiwa-peristiwa sejarah yang berkaitan dengan kebudayaan terutama dengan seni karawitan. Kata Mredangga sendiri sebagai gamelan perang tersurat dalam pupuh X nomor 8 kakawin Bharatayudha. Metode yang dipergunakan dalam kajian ini adalah metode sejarah, yang dilakukan dengan empat tahapan kerja yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Mredangga bisa berdiri sendiri atau sebagai instrumen dan sebagai sebuah kelompok instrumen ataupun diiringi oleh kata-kata lain yang menyebutkan instrumen lainnya. Sebagai gamelan yang berfungsi untuk peperangan, gamelan ini mempunyai fungsi untuk membuat respon fisik antara lain melakukan penyerangan terhadap musuh.
This article contains a preliminary search about the war gamelan in Bali originating from outside Bali. The war gamelan is a gamelan that is used in war and serves as a gamelan to give spirit in war. This article aims to discuss the spread of word mredangga in various ancient manuscripts in the form kakawin and has been translated into Indonesian by the researchers earlier. Ancient texts as one source of historical literature, many save historical events related to culture, especially with the art of karawitan. Mredangga word itself as a war gamelan written in pupuh X number 8 kakawin Bharatayudha.The method used in this study is the historical method, which is done with four stages of work namely heuristics, criticism, interpretation, and historiography. Mredangga can stand alone or as an instrument and as a group of instruments or accompanied by other words that mention other instruments. As a gamelan that serves for war, this gamelan has a function to create a physical response, among others, to attack the enemy.
Article Details
References
Agastia, IBG. 2001. Siwaratri Kalpa, Karya Mpu Tanakung. Denpasar: Yayasan Dharma Sastra.
Agustinus, Linus Suryadi. 1995. Dari Pujangga Ke Penulis Jawa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bagus, I Gusti Ngurah dan Wayan. 1982. Malat Parikan. Jakarta: PNRI dan Balai Pustaka.
Casparis, J.G. De. 1950. Inscripties Uit de Cailendra-Tijd. Bandung: Pjawatan Purbakala Republik Indonesia (Prasasti Indonesia I).
Ferdinandus, Pieter Eduard Johanes. 2004. Alat Musik Jawa Kuno. Yogyakarta: Yayasan Mahardika.
Gotchlak, Louis; terjemahan Nugroho Notosusanto. 1975. Mengerti Sejarah (Pengantar Metode Sejarah). Jakarta: Universitas Indonesia.
Hadiwijaya, R.D.S. Ki. 1952. Sarwasastra, Kitab Pelajaran Dan Latihan Bahasa Djawa Kuna. Jilid II. Yogya: U.P. Indonesia NV.
Haryono, Timbul. 2006. “Sejarah Seni Pertunjukan Dalam Perspektif Arkeologi.†In Yogyakarta: Makalah disampaikan pada Diskusi Sejarah dengan tema Sejarah Seni Pertunjukan dan Pembangunan Bangsa, diselenggarakan oleh Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional.
Herlina, Nina. 2014. Metode Sejarah. Ed. Revisi. Bandung: Yayasan Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang Jawa Barat.
Kunst, Jaap. 1968. Hindu Javanese Musical Instruments. The Hague: Martinus Nijhoff.
Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang Budaya.
Lukman, Ali. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka.
McPhee, Colin. 1966. Music in Bali: A Study in Form and Instrumental Organization in Balinese Orchestral Music. New Haven and London: Yale University Press.
Olthof, WL. 1941. Punika Serat Babad Tanah Jawi Wiwit Saking Nabi Adam Doemoegi in Taoen 1647. Terjemahan. Yogyakarta: Penerbit Narasi.
Prajapangrawit, R. Ng. 1900. Serat Sujarah Utawi Riwayating Gamelan Wedhapradangga (Serat Saking Gotek). Surakarta: Kerjasama STSI Surakarta dengan The Ford Foundation.
Santosa, Hendra, Dyah Kustiyanti, dan I Komang Sudirga. 20017. Traces Of Musical Instruments In Kakawin Bharatayudha. E-Journal of Cultural Studies [Online].
Santoso, Soewito. 1986. Kresnayana. The Legend in Indonesia. New Delhi: International Academy of Indian Culture.
Soetrisno. 1976. Sejarah Karawitan. Surakarta: Akademi Seni Karawitan Indonesia (ASKI).
Sudirga, Komang., Dyah Kustiyanti, Hendra Santosa. 2015. Jejak Karawitan dalam Kakawin Arjuna Wiwaha: Kajian Bentuk, Fungsi, dan Makna. Jurnal Segara Widya no. 3.
Wirjosuparto. 1968. Kakawin Bharata-Yudha. Djakarta: Penerbit Bhatara.
Worsley, P.J. 2014. Kakawin Sumanasantaka, Mati Karena Bunga Sumanasa, Karya Mpu Monaguna, Kajian Sebuah Puisi Epik Jawa Kuno. Jakarta: Ecole Francaise d’Extreme-Orient Koninklijrk Instituut voor Taal Land en Volkenkunde, Yayasan Obor Indonesia.
Zoetmulder, PJ. 1983. Kalangwan, Sastra Jawa Kuno, Selayang Pandang. Terjemahan. Bandung: Djambatan.