Kerajinan Payung Cukup dan Payung Lunas di Desa Bukian Payangan Gianyar
Main Article Content
Abstract
Kecamatan Payangan terdiri dari 9 desa memiliki sumber daya alam subur serta potensi seni yang patut dikembangkan. Payung cukup dan lunas memiliki keindahan bentuk yang unik dan nilai ekonomi menjanjikan. Kerajinan yang terdapat di desa Bukian Payangan terbuat dari rangkaian susunan bilah-bilah bambu terlihat alami dan langka. Seiring perkembangan jaman, payung tradisional tidak bertangkai mayoritas digunakan petani dan peternak tidak banyak dikenal kaum melineal. Rangkaian bilah bambu yang tersusunan vertical-horizontal memberi daya tarik tersendiri untuk dilakukan penelusuran lebih lanjut terhadap penomena yang terdapat pada payung Payung cukup maupun payung lunas. Penelitian ini menggunakan metode porposive sampling, Validitas data lapangan maupun pustaka didasarkan pada metode ilmiah, pengumpulan dan analisis data serta alat ukur yang digunakan. Kompilasi dan tabulasi data dikoreksi dan dikonstruksikan secara logis dan sistematis. Adapun luarannya berupa publikasi ilmiah yang dimuat pada jurnal terakreditasi yaitu Mudra ISI Denpasar atau jurnal Imaji terbitan UNY (Universitas Negeri Yogyakarta). Dan bahan ajar. Target capaian penelitian ini untuk mengetahui pengertian payung cukup dan lunas, bahan dasar, dan keberlanjutannya.
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.
References
Anas, Barinul, (2007), “Pendidikan Tinggi Kri(y)a Dalam Wahana Tradisi” Sebuah Tawaran Konteks. Pekan Pruduk Budaya Indonesia, Jakarta.
Ardana, Dewa Putu,2013, “Keben Di Banjar Tanggahan Peken, Bangli: Perspektif Kajian Seni) Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Denpasar, Denpasar.
Biakai Yufentius dkk. (2002) ,Asmat Mencerap Kehidupan Dalam Seni. (Terjemahan: Willie Koen) Drackhaus Cramer, Greven, Jerman.
Daniel, Pink H., 2006, Mesteri Otak Kanan Manusia, Think, Yogyakarta
Grace Cochrane, 1997,” Keeping content: craft, history and curatorship”, dalam Craft and Contemporary Theory, Allen & Unwin , Australia.
Hoop, Th. a Th. van der, 1949. Indonesische Siermotieven. N.V. Uitgeverij W. van Hove, Bandung, s’Gravenhage.
Mardiwarsito, L. , 1986, Kamus Jawa Kuna (Kawi) Indonesia, Nusa Indah, Flores NTT.
Surita Made, 1987, “ Seniman Payangan Tumbuh Subur Di Tengah Hutan Leci” Media Bali Post, Denpasar.
Suparta, I Made dkk., Anyaman Daun Rontal Dan Ukir Kayu, Ngayah Majalah Aplikasdi Iptek, Vol. 8., Forom Layanan Iptek Bagi Masyarakat (Flifmas) Wilayah Bali. Denpasar
SP. Gustami, 1991 Seni Kerajinan Mebel Ukir Jepara: Kajian Estetika Melalui Pendekatan Multiisiplin, Kanisius, Yogyakarta.
....... , “Seni Kriya Indonesia Dilema Pembinaan dan Pengembangannya” (pidato Ilmiah pada Dies Natalis ke Tujuh, Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Yogyakarta.
....... , 2007, Butir-Butir MutiaraEstetika Timur,Ide Dasar Penciptaan Seni Kriya Indonesia, Prasista, Yogyakarta.
Sutrisno Hadi, 1986, Bimbingan Menulis Skripsi Tesis, Jilid I. Yayasan Penerbit Fakultas sastra Psikologi Universitas Gajah Madha,Yogyakarta.
Tim Penyusun, 2016, Kamus Bali-Indonesia, Edisi Ke 3., Cet. Ketiga, Balai Bahasa Bali. Denpasar.
Tim Pemetaan, 2019, Pemetaan IKM Gianyar, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Gianyar bekerjasama dengan Institut Seni Indonesia Denpasar, Dinas Perindustrian Kabupaten Gianya, Gianyar.
Winarno F. G., 1992, Rebung: teknologi Produksi dan Pengolahan, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta