ILUSI Penyutradaraan Film Fiksi Fantasi
Main Article Content
Abstract
Film berjudul “ILUSI†menceritakan tentang alam bawah sadar dalam dunia anak-anak, penciptaan karakter tokoh utama gadis kecil yang sering berfantasi serta berimajinasi — menjadi ciri yang ditonjolkan dalam film ini. Penekanan karya penyutradaraan fiksi fantasi diaplikasikan dengan teknik long take, yakni pada perpindahan dari satu scene ke scene lainnya saling berhubungan dan animasi. Tujuannya adalah untuk menguatkan kesan fantasi dan unsur imajinatifnya. Fantasi merupakan sarana melalui jiwa (psyche) yang menetapkan hubungannya kepada ‘kenikmatan’ (jouissance). Fantasi tidak bertentangan dengan ‘realitas’, namun justru sebaliknya, fantasi merupakan dasar untuk membangun struktur realitas dan menentukan garis bentuk sebuah hasrat (desire). Selanjutnya, realitas berperan sebagai jembatan menuju the real, maka fantasi didudukkan di dalam realitas, sedangkan mimpi berada pada wilayah yang the real. “ILUSI†dipilih karena menyesuaikan karakter tokoh yang selalu mengalami fantasi dan mimpi — anti logika. Fenomena mimpi dan fantasi dalam film ini dipaparkan dengan cara mengungkapkan pengalaman-pengalaman dan kebiasaan mimpi tokoh utama yang berangan-angan, dengan memvisualkan secara imajinatif pada perpindahan tiap scene. Premise dalam film ini adalah bahwa anak-anak yang dipandang polos justru akan mudah menerima segala hal, baik berwujud realita maupun tak kasat mata. Ilusi menjadi satu sudut sentral untuk mengungkap kebebasan, kepolosan, akan pengalaman mimpi dan fantasi bagi anak-anak. Ilusi pula yang menjadi dasar bahwa sesuatu yang berada di angan-angan dan terkadang justru memberikan “ekstase kebahagiaan†bagi anak-anak.
Film entitled “ILLUSION†tells about the subconsciousness of children’s world. The existence of a little girl as the main character who is full of imagination and fantasy is being the dominant characteristic in this film. The emphasis of fiction fantasy directing applies long take technique which concerns from the movement of one scene to other related scenes and animations. The purpose is to strengthen the impression of fantasy and imaginative elements. Fantasy is a medium through psyche that determines its relationship to enjoyment (jouissance). Fantasy does not contradict with the ‘reality’, on the contrary, fantasy is a base to build reality structure and define the outline of desire. Moreover, reality has role as a bridge to the real, accordingly fantasy is placed in the reality, while the dream is positioned in the real zone. ILLUSION is chosen because it suits with the character who always has fantasy and dream-- anti logic. The phenomenon of dream and fantasy in this film is presented in the way of exploring experiences and the habit of the main character who likes to dream by doing imaginative vizualising from the movement of each scene. The premise of this film is that children who are being seen as innocent can easily accept many things, whether visible in reality or unvisible. Illusion is being a central to explore freedom, innocence of dream and fantasy experience for children. In addition, Illusion is being a base that something fantasy sometimes can provide ecstasy of happiness for children.
Article Details
The Authors submitting a manuscript do so on the understanding that if accepted for publication, copyright of the article shall be assigned to Atavisme and Balai Bahasa Jawa Timur. Copyright encompasses rights to reproduce and deliver the article in all form and media, including reprints, photographs, microfilms, and any other similar reproductions, as well as translations.
Atavisme and the Editors make every effort to ensure that no wrong or misleading data, opinions or statements be published in the journal. In any way, the contents of the articles and advertisements published in Atavisme are the sole and exclusive responsibility of their respective authors and advertisers.
The Copyright Transfer Form can be downloaded here: [Copyright Transfer Form]
References
Ali, Matius. 2010. Psikologi Film, Membaca Film Lewat Psikoanalisis Lacan-Zizek. Jakarta: Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta (FFTV IKJ).
Dharsono. 2007. Estetika dari Barat ke Timur. Surakarta: Departemen Pendidikan Nasional Institut Seni indonesia Surakarta.
Harjana, Suka. 2003. Corat-Coret Musik Kontemporer Dulu dan Kini. Jakarta: Ford Foundation dan Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.
Hermawan, RMA. 1993. Dramaturgi. Bandung: Rosdakarya.
Isma’il, Husaini. 1990. Burong: Suatu Analisis Historis Fenomenologis dan Hubungannya dengan Animisme, Dinamisme dan Hinduisme dalam Masyarakat Islam Aceh. Jakarta: Erlangga.
Nugroho, Garin. 2002. Membaca Film Garin. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pratista, Himawan. 2008. Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka
Sumardjo, Jakob. 2010. Estetika Paradok. Bandung: Sunan Ambu, STSI Press.
Utami, Eka Nurlaila. 2012. Komunitas Kupu-kupu (Ordo Lepidoptera: Papilionoidea) di Kampus Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat. Skripsi S1 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Departemen Biologi Depok, Universitas Indonesia.