Komodifikasi Hijab dalam Budaya Visual di Indonesia
Main Article Content
Abstract
Hijab telah mengalami perkembangan pesat di seluruh dunia, pesatnya perkembangan tersebut bahkan juga telah merambah di dunia seni visual maupun entertainment seperti layar lebar, sinetron, reality show dan sebagainya. Ketika kehadiran hijab memasuki ruang-ruang penunjang budaya visual, maka berdampak pada bagaimana hijab direpresentaikan dalam budaya visual. Sebagai contoh dalam perfilman nasional tren hijab mempengaruhi kuantitas film-film religi bernafas Islami secara signifikan. Tingginya respon masyarakat Indonesia terhadap film bernafas religi Islami kemudian memberi ruang bagi hadirnya komodifikasi hijab. Akibatnya timbulah pergeseran atribut dan nilai keagamaan Islam dalam proses komodifikasi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, sedangkan  sumber data yang dianalisa pada penelitian ini berasal dari dokumen pustaka, beberapa video rekaman film religi Islami terakhir tahun 2007 sampai dengan tahun 2017, didukung dengan observasi, wawancara dan studi pustaka terhadap para pelaku perfilman religi Islami dan pemilik bisnis produk hijab. Lebih lanjut penelitian ini mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana eksistensi hijab dalam ruang-ruang budaya visual untuk memahami pola komodifikasi hijab. Sebagai hasilnya, pengaruh hijab dalam seni rupa murni nampak pada ide dan gagasan para perupa untuk mengangkat tema-tema identitas dan pluralitas. Sementara dalam seni media aplikatif seperti film, posisi hijab banyak terekspos dalam film layar lebar religi Islami. Hijab dalam film religi Islamik tidak hanya sekedar atribut muslimah untuk memenuhi tuntutan syariat agama Islam dan sarana propaganda ajaran agama Islam, tetapi juga merupakan komoditas usaha yang menguntungkan, baik bagi produser, sutradara, artis pemeran dalam film dan pemilik bisnis fashion hijab. Lebih lanjut bentuk komodifikasi hijab dalam perfilman Indonesia adalah komodifikasi khalayak. Khalayak disini tentu saja para hijabers atau muslimah, sementara perusahaan diwakili oleh rumah produksi dan pelaku perfilman seperti produser,sutradara dan aktris, sedangkan pengiklan adalah owner atau pebisnis produk hijab. Produser film,sutradara,aktris dan pebisnis fashion hijab memiliki posisi strategis sebagai agen komodifikasi hijab dalam budaya visual karena memiliki akses untuk melakukan proses komodifikasi hijab melalui segmen masyarakat tertentu yang dalam hal ini adalah muslimah.
Hijab as an identity attribute has experienced rapid development all over the world. This phenomenon is also found in the worlds of visual arts, entertainment such as movie, sinetron (Indonesian drama), reality show and so forth. When the presence of hijab enters the spaces of the visual cultural support, this phenomenon affects how hijab is represented in the visual culture. For example, in the national film industry, the hijab trend affects the quantity of Islamic religious films significantly. The high response and interest of the Indonesian people to the Islamic religious films gives space for the presence of hijab commodification. As a result, there is a shift in religious attributes and values of Islam in the commodification process.This research used qualitative descriptive method. The data source analyzed in this research comes from literature document, some of Islamic religious film recording in 2007 until 2017, supported by observation, interview and literature study to the actors of Islamic religious film and the owner of hijab business. Furthermore, this study described and analyzed how existence of hijab in the spaces of visual culture to understand the patterns of hijab commodification. As a result, the effects of hijab in fine art appears to the ideas of artists to raise the themes of identity and plurality. Meanwhile, in the art of applicative media such as film, hijab position is exposed in many Islamic religious movies. Hijab in Islamic religious films is not only as a Muslim attribute to meet the demands of Islamic Shari’ah and means of propaganda of Islamic teachings, but also a profitable business commodity, both for producers, directors, film artists and business owners of hijab. Furthermore, the form of commodification of hijab in Indonesian cinema is commodification of audiences. The audiences here are of course the hijabers or muslims, while the company is represented by production houses and filmmakers such as producers, directors and actresses, while advertisers are the owner or businessman of hijab products. Film producers, directors, actresses and hijab fashion have strategic positions as hijab commodity agent in visual culture because they have access to commodify the hijab through certain segments of society, which is women Muslims.
Article Details
The Authors submitting a manuscript do so on the understanding that if accepted for publication, copyright of the article shall be assigned to Atavisme and Balai Bahasa Jawa Timur. Copyright encompasses rights to reproduce and deliver the article in all form and media, including reprints, photographs, microfilms, and any other similar reproductions, as well as translations.
Atavisme and the Editors make every effort to ensure that no wrong or misleading data, opinions or statements be published in the journal. In any way, the contents of the articles and advertisements published in Atavisme are the sole and exclusive responsibility of their respective authors and advertisers.
The Copyright Transfer Form can be downloaded here: [Copyright Transfer Form]
References
Al Ghifari, A. (2010). Gelombang Kejahatan Seks Remaja Modern. Bandung : Mujahid Press
Pangiuk, Ambok. (2010). Perempuan dalam Film Religius: Ayat-ayat Cinta dan Perempuan Berkalung Sorban. Kontekstualita: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan
Vol 25,No. 1
Barker. C. (2005). Cultural Studies Teori dan Praktik (terjemahan : Tim Kunci Cultural studies centre). Yogyakarta: Bentang Pustaka
Faiq, M Hilmi. (2014). Lukisan: Haris Melawan Lupa, Mengingat Luka diakses pada tanggal 20 September 2017 dari https://salihara.org/en/programs/visual-arts/publications/coverage/lukisan-haris-melawan-lupa-mengingat-luka
Fakhriansyah, Muhammad. (2015). “Propaganda Dalam Film (Analisis Wacana Kritis Teknik Propaganda Anti-Jerman Dalam Film Stalingrad)â€. Program Studi Ilmu Komunikasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora. Universitas Islam Negeri Yogyakarta
Kurniasari, Dewi. (2017). “Fotografi dalam Fashion Editorial : Hijab in Popular Cultureâ€. Program Studi Fotografi dan Film. Fakultas Ilmu Seni dan Sastra. Universitas Pasundan Bandung.
Piliang, Yasraf A. (2010). Dunia Yang Dilipat: Tamasya Melampaui Batas-Batas Kebudayaan. Bandung : Matahari.
Republik Indonesia. (1992). Undang-Undang No. 08 Tahun 1992 tentang Perfilman. Ketentuan Umum Bab I Pasal 1 tahun 1992. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Jakarta
Secangkirfilm.wordpress.com diakses pada 20 September 2017
Telling, Ronaldy Z. (2012). “Komodifikasi ‘Kegilaan’ Toni Blank Dalam Social Media (Analisis Wacana Kritis terhadap “Kegilaan†Toni Blank pada Toni Blank Show di YouTube)â€. Program Sarjana Ekstensi Kekhususan Komunikasi Massa. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik. Depok.