Estetika Sastra Kidung Bima Swarga
Main Article Content
Abstract
Tulisan ini mengkaji Estetika Sastra Kidung Bima Swarga yang mengisahkan tentang Bima pergi ke Kawah (nerakaloka) membebaskan ayahnya (Pandu) serta ibu tirinya (Madri) dari siksaan Yamadipati, dan dinaikkan kedua orang tuanya ke sorga (swargaloka). Untuk kepentingan penulisan ini naskah-naskah yang dijadikan sebagai obyek kajian adalah hanya 2 (dua) naskah yang berbentuk puisi (tembang), atas dasar; pertama, teks kidung Bima Swara (karya tulis Sri Reshi Ananda Kusuma) sudah diterbitkan dan yang satu lagi didokumentasikan (alih aksara) oleh Disbud Bali (1995), namun keduanya belum diterjemahkan, sehingga sulit dimengerti; kedua, secara dramatikal, alur ceritanya merupakan satu kesatuan yang utuh (bulat) sehingga mudah diketahui dan dipahami; ketiga, teks dalam bentuk metrum (pupuh) disusun berdasarkan aturan aturan tertentu sehingga memungkinkan diedesi secara kritis berdasarkan aturan-aturan tersebut; keempat, naskah tersebut dalam konteksnya sering dijadikan  pedoman atau rujukan oleh seniman-seniman (khususnya dalang) untuk dijadikan sumber lakon dalam melakukan aktivitasnya 'ngwayang'; dan kelima, naskah tersebut juga digunakan sebagai media ungkap oleh masyarakat Bali ketika ada orang yang meninggal, dengan resitasi (menembangkan) lewat aktivitas 'mabebasan'. Perspektif hermeneutik dan semiotik, jenis kidung Bima Swarga membentuk struktur global yang mempunyai fungsi dan makna bagi penghayatan dan pengkajian budaya Bali (Indonesia) sebagai sumber inspirasi garapan tema dan amanat. Tema lakon ini adalah 'rna/utang'dengan amanatuya hutang seorang anak kepada orang tuannya karena ia dilahirkan dan dibesarkan, maka ia harus berkewajiban membayar dengan cara bhakti baik secara fisik (mengupacarai) maupun spiritual dengan mencakupkan tangan 'nyumbah'. Nilai nilai budaya yang terkandung dalam kidung Bima Swarga meliputi, nilai ajaran dharma (kewajiban dan kebajikan); nilai yajnya (korban suci dan ketulusan); dan nilai kesetiaan (satya wacana dan suputra). Visi estetiknya, kidung Bima Swarga tercermin lewat keabsahan fungsinya sebagai seni ritual (pitrayadnya), karena mengandung nilai penyerahan diri kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa), sehingga muncul rasa tenang, tentram, damai, dan nyaman, terutama bagi masyarakat pendukungnya.
Article Details
References
Beilharz, Peter. 2000. Teori-teori Sosial Observasi Kritis terhadap para filosof Terkemuka. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Cassier, Ernst. 1987. Manusia dan Kebudayaan Sebuah Esei tentang Manusia. Jakarta: Gramedia. Ciptoprawiro, Abdullah. 2001. Filsafat Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.
Dibia, I Wayan. 2003. "Nilai-nilai Estetika Hindu dalam Kesenian Bali", dalam LB.G. Yudha Triguna (Penyunting). Estetika Hindu dan Pembangunan Bali, Diterbitkan oleh Program Magister Ilmu Agama dan Kebudayaan, UNHI Denpasar bekerjasama dengan Penerbit Widya Dharma Denpasar.
Dickie, George. 1979. Aesthetics: An Introduction, Pegasus, A Division of Hobbs-Merrill Educational Publishing, Indiana-Polis.
Djelantik, Dr. A. A.M. 1990. Pengantar Dasar Ilmu Estetika, I, Estetika Instrumental, Sekolah Tinggi Seni Indonesia, Denpasar.
Hariani Santiko. 1996. "Bhima pada Masa Majapahit: Tokoh Mediator dalam Agama Hindu-Saiwa", da1am Cempala, Edesi Bima, Majalah Jagad Peda langan dan Pewayangan, Penerbit Senawangi Jakarta.
Hinzler, H.I.R. 1981. Bima Swarga in Balinese Wayang, The Hague-Martinus Nijhoff.
Holt, Claire. 2000. Melacak Jejak Perkembangan Seni di Indonesia. Jakarta: MSPI.
Kantor Dokornentasi Budaya Bali, "Alih Aksara Lontar Bima Swarga", Pemerintah Daerah Tingkat I Bali, Denpasar, 1995.
Mudji Sutrisno, Fx. dan Christ Vewrhaak.1993. Estetika Filsafat Keindahan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Muhni, Djuretna A Imam. 1994. Moral dan Religi. Yogyakarta: Kanisius.
Murtiyoso, SSKar., M.Hum., Bambang. 1996. "Berkenalan dengan Tokoh Bima", dalam Cempala, Majalah Jagad Pedalangan dan Pewayangan, Penerbit Senawang Jakarta.
Nuarca, I Ketut. 1992. "Kidung Bima Swarga: Satu Kajian Filologis", Tesis Program Pasca Sarjana, Universitas Padjadjaran, Bandung.
Oka Netra, Drs. Anak Agung Gde. 1994. Tuntunan Dasar Agama Hindu, Penerbit Hanuman Sakti, Jakarta.
Pals, Daniel L. 2001. Seven Theories of Religion. Yogyakarta: Qalam.
Ratih, S.S., Dra. Rina. 2002. "Pendekatan Intertektual dalam Pengkajian Sastra" dalam Metodologi Penelitian Sastra, Penerbit PT. Hanindita Graha Widya, Jogyakarta.
Ricoeur, P. 1981. Hermeneutics and The Human Sciences, Essays on language, action and Interpretation. Cambridge: Cambridge University Press.
Saidi, Acep Iwan. 2008. Dosen Kelompok Keahlian Ilmu-Ilmu Desain dan Budaya Visual FSRD ITB,Wakil Ketua Forum Studi Kebudayaan ITB. Jumal Sosioteknologi Edisi 13 Tahun 7.
Satuto, Soediro. 1985. Wayang Kulit Purwa, Makna dan Struktur Dramatiknya, Diterbitkan oleh Proyek Penelitian dan pengkajian Kebudayaan Nusantara (Javanologi), Depdikbud, Yogyakarta.
Suarka, M.Hum., Drs. I Nyoman. 2003. "Hakekat dan Jenis-jenis Dharmagita serta Peranannya dalam Kehidupan Masyrakat Bali", Naskah Seminar Dharma Gita, Denpasar.
__________________.2011. "Filosofi dan Fungsi Kidung bagi Umat Hindu". Orasi Ilmiah Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Sastra Jawa Kuno, Fakultas Sastra UNUD, Sabtu 26 Maret 2011.
Sutrisno, Mudji. 1999. Kisi-kisi Estetika. Yogyakarta: Kanisius.
Suwondo, Drs. Tirto. 2002. "Analisis Struktoral, Salah Satu Model Pendekatan dalam Penelitian Sastra" dalam Metodologi Penelitian Sastra, Penerbit PT. Hanindita Graha Widya, Jogyakarta.,
Wicaksana, I Dewa Ketut. 2002. "Analisis Dramatik Lakon Bima Swarga Karya Pakeliran Dalang I Made Sidja (Bona, Gianyar)", Laporan Penelitian, STSI Denpasar.